Selasa, 02 April 2013

Apa itu sukses?(deskripsi subjektif diri saya pribadi)


Suatu ketika di sebuah forum pelajar…seorang  pelajar ditanya mengenai cita-cita nya
Pengajar: cita-cita kamu mau jadi apa??
Pelajar: ingin jadi orang SUKSES
Jawaban yang lumrah disampaikan oleh semua orang saat ditanya tentang hal itu. Namun yang jadi perhatian saya, apakah semua orang sudah mengetahui esensi dari sukses itu sendiri. Saya menduga bahwa mereka berfikir tentang hal yang sama seperti yang saya pikirkan bahwa sukses itu punya uang banyak, punya kendaraan keren, bisa makan enak, punya rumah gedong, dan lain sebagainya.
Saya sendiri belum dapat referensi yang pasti tentang ukuran dan batas-batas seseorang mendapat predikat sukses. Karena awalnya saya mengira bahwa sukses dapat diukur dengan harta, namun sampai sekarang saya belum menemukan bukti yang nyata batasan harta orang yang sukses, bahkan dalam ilmu ekonomi kita sering mendengar istilah kelangkaan yang tidak lain dikarenakan Keinginan manusia yang tidak terbatas,  walaupun kondisi ini bersifat temporer, namun tetap saja saya belum dapat menemukan kesamaan antara sukses dengan harta.
Dulu saya memimpikan bisa sekolah dan kuliah di tempat yang berlabel favorit, agar kelak saya dapat menjalani hidup ini dengan nyaman, dan mudah. Namun seiring berjalannya waktu&aral yang terus menerjang dalam proses tersebut, akhirnya impianku ini ku kubur dalam-dalam. Saya mulai berfikir akan hal lain yang dapat melupakan impianku itu.
Kini saya telah berubah, perkiraanku dulu yang ingin hidup enak dengan sekolah di tempat favorit ternyata tak selamanya baik buat hidup saya, perlahan esensi kesuksesan telah saya temukan. Lebih banyak memberi sedikit dengan membuat orang tersenyum rasanya lebih senang saya rasakan daripada memberi banyak namun tak mampu membuat orang tersenyum. Dan mulai saat ini saya tidak memimpikan jadi orangsukses versi saya dulusukses versi saya sekarang  nyatanya lebih nyaman saya rasakan dan memberi  kekuatan yang besar dalam hidup saya.
Banyak Jalan Menuju Roma”,  mungkin menjadi doping yang ampuh bagi setiap individu di dunia ini untuk mencapai sukses, tak perlu dengan harta melimpah bila ingin jadi orang sukses, membuat hari-hari selalu tersenyum dan membuat orang tersenyum adalah hakikat sukses versi saya sekarang. Saya tak peduli mau jadi apa saya nanti, Dunia ini hanya akan saya letakkan di tangan saya, tidak untuk  di hati, karena saya tetap percaya bahwa harta hanyalah media untuk sukses bukan ukuran seorang sukses.
Untuk sahabat/i semua tetap semangat jalani hidup ini apapun status atau profesi sahabat/i semua, jangan banyak mengeluh dengan hidup ini, berikan senyuman kepada setiap orang...
Semoga Sahabat/i bisa menjadi orang sukses versi saya sekarang.

Apa itu sukses?(deskripsi subjektif diri saya pribadi)


Suatu ketika di sebuah forum pelajar…seorang  pelajar ditanya mengenai cita-cita nya
Pengajar: cita-cita kamu mau jadi apa??
Pelajar: ingin jadi orang SUKSES
Jawaban yang lumrah disampaikan oleh semua orang saat ditanya tentang hal itu. Namun yang jadi perhatian saya, apakah semua orang sudah mengetahui esensi dari sukses itu sendiri. Saya menduga bahwa mereka berfikir tentang hal yang sama seperti yang saya pikirkan bahwa sukses itu punya uang banyak, punya kendaraan keren, bisa makan enak, punya rumah gedong, dan lain sebagainya.
Saya sendiri belum dapat referensi yang pasti tentang ukuran dan batas-batas seseorang mendapat predikat sukses. Karena awalnya saya mengira bahwa sukses dapat diukur dengan harta, namun sampai sekarang saya belum menemukan bukti yang nyata batasan harta orang yang sukses, bahkan dalam ilmu ekonomi kita sering mendengar istilah kelangkaan yang tidak lain dikarenakan Keinginan manusia yang tidak terbatas,  walaupun kondisi ini bersifat temporer, namun tetap saja saya belum dapat menemukan kesamaan antara sukses dengan harta.
Dulu saya memimpikan bisa sekolah dan kuliah di tempat yang berlabel favorit, agar kelak saya dapat menjalani hidup ini dengan nyaman, dan mudah. Namun seiring berjalannya waktu&aral yang terus menerjang dalam proses tersebut, akhirnya impianku ini ku kubur dalam-dalam. Saya mulai berfikir akan hal lain yang dapat melupakan impianku itu.
Kini saya telah berubah, perkiraanku dulu yang ingin hidup enak dengan sekolah di tempat favorit ternyata tak selamanya baik buat hidup saya, perlahan esensi kesuksesan telah saya temukan. Lebih banyak memberi sedikit dengan membuat orang tersenyum rasanya lebih senang saya rasakan daripada memberi banyak namun tak mampu membuat orang tersenyum. Dan mulai saat ini saya tidak memimpikan jadi orangsukses versi saya dulusukses versi saya sekarang  nyatanya lebih nyaman saya rasakan dan memberi  kekuatan yang besar dalam hidup saya.
Banyak Jalan Menuju Roma”,  mungkin menjadi doping yang ampuh bagi setiap individu di dunia ini untuk mencapai sukses, tak perlu dengan harta melimpah bila ingin jadi orang sukses, membuat hari-hari selalu tersenyum dan membuat orang tersenyum adalah hakikat sukses versi saya sekarang. Saya tak peduli mau jadi apa saya nanti, Dunia ini hanya akan saya letakkan di tangan saya, tidak untuk  di hati, karena saya tetap percaya bahwa harta hanyalah media untuk sukses bukan ukuran seorang sukses.
Untuk sahabat/i semua tetap semangat jalani hidup ini apapun status atau profesi sahabat/i semua, jangan banyak mengeluh dengan hidup ini, berikan senyuman kepada setiap orang...
Semoga Sahabat/i bisa menjadi orang sukses versi saya sekarang.

Sabtu, 06 Agustus 2011

Tidak dispilin dekat dengan Korupsi ???

Korupsi, kata yang sedikit kejam buat seorang pegawai yang hobi terlambat masuk kerja dengan sengaja. Namun itulah kenyataannya, seorang yang bekerja pada perusahaan apapun memang digaji sesuai dengan jam kerja yang mereka kerjakan. Jadi apabila mereka mengurangi jam kerja mereka, secara tidak langsung mereka telah mengambil sebagian gaji yang bukan haknya.
Disiplin merupakan masalah paling serius di negara ini. Sesuatu yang sederhana namun berimplikasi ke banyak hal. Maka tak heran negara kita yang sudah merdeka 66 tahun jauh tertinggal dari Jepang yang pada saat yang sama saat itu mendapat hantaman bom atom di dua kota yang paling vital di Jepang tersebut.
Untuk masalah kerja, kalau orang Jepang memiliki budaya "masuk pertama pulang belakangan", tapi orang Indonesia sebaliknya "masuk belakangan balik duluan".
Mungkin benar kata salah satu Partai Politik di negeri ini bahwa kita Indonesia harus melakukan Restorasi seperti apa yang dilakukan Jepang 140 tahun-an yang lalu. Restorasi tak berbeda jauh dengan Reformasi, Restorasi adalah sebuah gerakan perubahan yang harus dilakukan oleh setiap individu suatu negara yang bersumber dari hati nurani masing-masing dalam segala aspek kehidupan. Tapi kapan kita bisa memulai???jawabannya adalah MULAI SEKARANG, tak perlu menunggu seperti apa yang terjadi pada 1998.